Entri Populer

Senin, 07 Mei 2012

TUGAS 4 PENGANGGURAN DAN INFLASI



Inflasi (inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung terus menerus. Dari pengertian tersebut maka apabila Terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara, maka kenaikan harga yang sementara sifatnya tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Semua negara di dunia
selalu menghadapi permasalahan inflasi ini. Oleh karena itu, tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah eko-nomi yang dihadapi suatu negara. Bagi negara yang perekono-miannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun. Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Selanjut tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi. Namun demikian ada negara yang meng-hadapai tingkat inflasi yang lebih serius atau sangat tinggi, misalnya Indonesia pada tahun 1966 dengan tingkat inflasi 650 persen. Inflasi yang sangat tinggi tersebut disebut hiper inflasi (hyper inflation)

Didasarkan pada faktor-faktor penyebab inflasi maka ada tiga jenis inflasi yaitu:


1) inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation)
Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) atau inflasi dari sisi permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang yang ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku pada saat perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan eko-nomi berjalan dengan pesat (full employment and full capacity). Dengan tingkat pertumbuhan yang pesat/tinggi mendorong
peningkatan permintaan sedangkan barang yang ditawarkan tetap karena kapasitas produksi sudah maksimal sehingga mendorong kenaikan harga yang terus menerus.




2) inflasi desakan biaya (cost-push inflation)


Inflasi desakan biaya (Cost-push Inflation) atau inflasi dari sisi penawaran
(supply side inflation) adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya
kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan tingkat produktivitas
dan efisiensi, sehingga perusahaan mengurangi supply barang dan jasa. Peningkatan biaya produksi akan mendorong perusahaan menaikan harga barang dan
jasa, meskipun mereka harus menerima resiko akan menghadapi penurunan
permintaan terhadap barang dan jasa yang mereka produksi. Sedangkan inflasi
karena pengaruh impor adalah inflasi yang terjadi karena naiknya harga barang
di negara-negara asal barang itu, sehingga terjadi kenaikan harga umum di
dalam negeri.


3) inflasi karena pengaruh impor (imported inflation). 



2. Pengangguran, Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia  
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa pada saat terjadinya depresi
ekonomi Amerika Serikat tahun 1929, terjadi inflasi yang tinggi dan diikuti 
dengan pengangguran yang tinggi pula.  Didasarkan pada fakta itulah A.W. 
Phillips mengamati hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. 
Dari hasil pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara inflasi 
dengan tingkat pengangguran, dalam arti jika inflasi tinggi, maka pengangguran 
akan rendah. Hasil pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.

Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah 
masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut
disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar 
dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakansetiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan 
dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi. 

Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang 
selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan negara pasti 
menghadapi masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah (natural rate 
of unemployment). 

Pada tahun 1980-an, pengangguran  terbuka di Indonesia meningkat 
hampir dua kali lipat yaitu dari 1,7 persen pada tahun 1980 menjadi 3,2 persen 
pada tahun 1990. Pertumbuhan pengangguran di perkotaan lebih tinggi 
daripada di pedesaan, yaitu meningkat dari 2,8 persen pada tahun 1980 menjadi 
6,1 persen pada tahun 1990. Sebaliknya  tingkat pengangguran di pedesaan 
menurun secara drastis yaitu dari 1,4 persen menjadi 0,1 persen.  
Dari sisi pendidikan, tingkat pengangguran selama periode 1980 – 1990 
pada semua tingkat pendidikan memper-lihatkan kecenderungan yang 
meningkat. Seterusnya, tingkat angkatan kerja berpendidikan di bawah Sekolah 
Dasar yang menganggur paling rendah sedangkan yang berpendidikan tinggi 
adalah yang paling tinggi, yaitu meningkat dari 1,8 persen pada 1980 menjadi 
15,9 persen pada 1990.  

Selanjutnya, tingkat pengangguran di kota Indonesia selama periode 
1971-1980 relatifnya rendah dan memperlihatkan kecenderungan yang 
menurun. Menurut Manning (1984: 1-28), kadar pengangguran rendah ini 
disebabkan karena: (a) besarnya kemampuan sektor informal menyerap, bahkan 
menarik sejum-lah besar penganggur, (b) tingkat investasi pemerintah yang 
tinggi dalam projek pembangunan dan prasarana sosial (sekolah, klinik 
kesehatan dan lain-lain), dan (c) pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan 
adanya peluang pekerjaan baru di luar bidang usaha tani di pedesaan. 

Berdasarkan fakta yang telah diungkapkan di atas, maka dapat 
disimpulkan bahwa, ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pengangguran 
dengan pertumbuhan ekonomi. Apabila pertumbuhan ekonomi meningkat 1 
persen maka pengganguran akan meurun sekitar 0,46 persen. Dengan demikian, 
penggambaran kurva Phillip yang menghubungkan inflasi dengan tingkat 
penggangguran untuk kasus Indonesia tidak tepat untuk digunakan sebagai 
kebijakan untuk menekan tingkat pengangguran. Hasil analisis statistik 
pengujian pengaruh inflasi terhadap pengangguran selama periode 1980 – 2005 
seperti terlihat hasil analisis statistik di bawah ini juga membuktikan secara 
meyakinkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara inflasi dengan tingkat 
pengangguran. 


REFERENSI 
Nota Keuangan  dan RAPBN RI 1994/1995 
Manning (1984: 1-28) 
World Development Report. 2007. Pembangunan dan Generasi Mendatang. World 
Bank. Salemba Empat. Jakarta 
Biro Pusat Statistik. 1995. Statistik 50 Tahun Indonesia Merdeka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar