BAB 6
Translasi Mata
Uang Asing
A.
Alasan-Alasan Untuk
Melakukan Translasi
Perusahaan dengan operasi luar
negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memeungkinkan
para pembaca laporan untuk mendapatkan pemahaman yang holistik atas operasi
perusahaan, baik domestik dan luar negeri. Untuk mencapai hal ini, laporan
keuangan perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing
disajikan ulang dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. Proses penyajian
ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut
translasi.
Masalah
yang berkaitan dengan translasi mata uang,yaitu:
a. Fakta bahwa nilai relative mata uang asing jarang
sekali ditetapkan.
b. Kurs nilai tukar variable, yang digabungkan dengan
berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan
atas keuntungan dan kerugian transalasi, membuat perbandingan hasil keuangan
satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu
perusahaan yang sama dari satu periode lain sulit dilakukan. Keadaan ini
merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan multinasional untuk menyediakan
pengungkapan informasi hasil operasi dan posisi keuangan.
c. Untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur
resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh mata uang dan berkomunikasi dengan
para pihak berkepentingan dari luar negeri.
d. Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban
mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu perubahan kurs
nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga
berubah.
Akhirnya,
skala investasi internasional yang meluas meningkatkan kebutuhan untuk
menyampaikan informasi akuntansi mengenai suatu perusahaan yang berdomisili di
suatu negara kepada pengguna di negara yang lain. Kebutuhan ini timbul pada
saat suatu perusahaan bermaksud untuk mencatatkan sahamnya di suatu bursa efek
luar negeri bermaksud untuk melakukan akuisisi atau usaha patungan dengan pihak
asing, atau ingin mengkomunikasikan hasil operasi dan posisi keuangan kepada
para pemegang saham asingnya.
B.
Latar Belakang dan
Terminologi
Translasi tidak sama dengan
konversi, yang adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain secara
fisik. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneterr, seperti halnya sebuah
neraca yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai
ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada
transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi. Saldo-saldo
dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestik
berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang
yang dinyatakan dalam mata uang lainnya.
Transaksi
mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward atau swap. Mata uang yang
dibeli atau dijual pada spot umumnya harus dikirimkan secepatnya yaitu dalam
waktu 2 hari kerja. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing dilakukan
sederhana saja, baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai ekuivalen
mata uang domestik diperoleh dengan mengalikan saldo dalam mata uang asing
dengan kuotasi kurs langsung dengan membagi saldo mata uang asing dengan
kuotasi tidak langsung. Transaksi pada pasar forward adalah perjanjian untuk
melakukan pertukaran suatu mata uang dengan jumlah tertentu ke dalam mata uang
lain pada suatu tanggal di masa depan. Kuotasi pada pasar forward dinyatakan
dengan diskonto atau premium dari kurs spot. Transaksi swap melibatkan
pembelian spot dan penjualan forward atau penjualan spot dan pembelian forward
atas suatu mata uang secara bersamaan. Investor sering memanfaatkan transaksi
swap untuk mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi di
suatu Negara asing sembari dalam kesempatan yang sama melindungi diri dari
pergerakan yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta asing.
Ø
Permasalahan
Jika kurs nilai tukar relatif stabil,
translasi mata uang tidak akan lebih sukar dari proses translasi satuan inci
atau kaki menjadi nilai ekuivalennya dalam unit metrik. Namun demikian, kurs
nilai tukar jarang sekali stabil. Mata uang Negara-negara industry maju
menemukan nilainya secara bebas dalam pasar mata uang. Nilai tukar yang
berfluktuasi secara khusus terjadi di Eropa Timur, Amerika Latin, dan beberapa
bagian Asia. Fluktuasi mata uang meningkatkan jumlah nilai tukar translasi yang
dapat digunakan dalam proses translasi dan menimbulkan keuntungan dan kerugian
mata uang asing. Pergerakan mata uang juga sangat berhubungan erat dengan
tingkat inflasi lokal.
Ø
Pengaruh Alternatif
Kurs Translasi Terhadap Laporan Keuangan
Ketiga nilai tukar berikut dapat
digunakan ketika melakukan translasi saldo dalam mata uang asing menjadi mata
uang domestik, yaitu :
a. Kurs kini (current), adalah kurs nilai tukar pada saat
tanggal laporan keuangan.
b. Kurs historis (historical), adalah kurs nilai tukar
pada saat suatu aktiva dalam mata uang asing pertama kali diperoleh atau ketika
suatu kewajiban dalam mata uang asing pertama kali terjadi. Umumnya
mempertahankan biaya awal ekuivalen dengan suatu pos dalam mata uang asing
dalam laporan berdenominasi mata uang domestik. Penggunaan kurs nilai tukar
historis melindungi laporan keuangan dari keuntungan dan kerugian translasi
mata uang asing, yaitu dari kenaikan atau penurunan dalam ekuivalen dolar saldo
mata uang asing yang timbul dari fluktuasi kurs translasiantar periode pelaporan.
Penggunaan kurs kini menimbulkan terjadinya keuntungan atau kerugian translasi.
c. Kurs rata-rata (avarage), adalah rata-rata sederhana
atau tertimbang dari kurs nilai tukar kini atau kurs nilai tukar historis.
Transaksi mata uang asing terjadi
pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang, dengan pembayaran yang
dibuat dalam mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan
mata uang asing. Translasi diperlukan untuk mempertahankan catatan akuntansi
dalam mata uang perusahaan pelapor. Dari dua jenis penyesuaian transaksi, yang
pertama keuntungan dan kerugian atas transaksi yang terselesaikan, timbul
ketika nilai tukar yang digunakan untuk mencatat transaksi pada awalnya berbeda
dengan nilai tukar yang digunakan pada saat penyelasian. Jenis kedua
penyesuaian transaksi adalah keuntungan dan kerugian dari transaksi yang belum
terselesaikan timbul ketika laporan keuangan disusun sebelum suatu transaksi
diselesaikan.
Kurs
nilai tukar yang berfluktuasi menyebabkan timbulnya beberapa isu utama dalam
akuntansi untuk translasi mata uang asing:
1) Kurs nilai tukar manakah yang harusnya digunakan untuk
mentranslasikan saldo dalam mata uang asing ke dalam mata uang domestik?
2) Aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang
manakah yang beresiko terhadap perubahan nilai tukar?
3) Bagaimana sebaiknya keuntungan dan kerugian translasi
harus dicatat?
Ø
Transaksi Mata Uang
Asing
Ciri utama yang istimewa dari sebuah
transaksi mata uang asing adalah penyelesaiannya dipengaruhi dalam suatu mata
uang asing. Transaksi mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan
membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata
uang asing.
FAS
No. 25 merupakan pernyataan standar akuntansi untuk mata uang asing yang berisi
:
a. Pada tanggal suatu transaksi diakui, setiap aktiva,
kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian yang terjadi dari suatu
transaksi harus diukur dan dicatat dalam mata uang fungsional perusahaan yang
melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada
tanggal tersebut.
b. Pada setiap tanggal neraca, saldo-saldo tercatat yang
berdenominasi dalam suatu mata uang selain mata uang fungsional perusahaan yang
melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs nilai tukar
terkini.
Berdasarkan
hal ini, penyesuaian kurs nilai tukar valuta asing (yaitu keuntungan atau
kerugian atas transaksi yang telah terjadi ) perlu dibuat pada saat terjadi
perubahan kurs nilai tukar di antara tanggal transaksi dan tanggal
penyelesaian. Apabila laporan keuangan disusun sebelum penyelesaian transaksi,
penyesuaian akuntansi (yaitu keuntungan atau kerugian dari transaksi yang belum
diselesaikan) akan sama dengan perbedaan antara jumlah yang awalnya dicatat dan
jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan.
FASB
menolak pandangan yang menyatakan bahwa pembedaan perlu dibuat antara
keuntungan dan kerugian dari transaksi yang sudah diselesaikan dan yang belum
diselesaikan, karena pembedaan seperti itu tidak dapat diterapkan dalam
praktik. Terdapat dua perlakuan akuntansi atas keuntungan dan kerugian
transaksi yang dapat diterapkan.
Ø
Perspektif Transaksi
Tunggal
Berdasarkan perspektif tramnsaksi
tunggal, penyesuaian niali tukar (baik yang sudah diselesaikan atau belum)
diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap akun-akun transaksi yang awal
berdasarkan premis bahwa suatu transaksi dan penyelesaiannya merupakan suatu
peristiwa tunggal.
Ø
Perspektif Dua
Transaksi
Berdasarkan perspektif dua
transaksi, penagihan piutang dalam krona dianggap sebagai peristiwa terpisah
dari penjualan yang menyebabkan timbulnya piutang tersebut.
Ø
Translasi Mata Uang
Asing
Perusahaan yang beroperasi secara
internasional menggunkan berbagai metode untuk menyatakan aktiva, kewajiban,
pendapatan dan beban yang dinyatakan dalam mata uang asing menjadi dalam mata
uang domestik. Metode translasi ini dapat diklasifikasikan, yaitu:
a. Metode Kurs Tunggal
Metode kurs tunggal, yang sudah lama
popular di Eropa, menerapkan satu kurs nilai tukar yaitu kurs terkini atau kurs
penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban
dalam mata uang sing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar
yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Namun demikian, untuk
memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata
tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan
metode ini, laporan keuangan sebuah operasi asing (yang dipandang oleh induk
perusahaan sebagai perusahaan otonomi) memiliki domisili pelaporannya sendiri,
lingkungan mata uang local di mana perusahaan afiliasi asing melakukan
usahanya.
b. Metode Moneter – Nonmoneter
Menggunakan skema klasifikasi neraca
untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter
ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos nonmoneter (aktiva tetap,
investasi jangka panjang dan persediaan) ditranslasikan dengan menggunakan kurs
historis. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur
yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-nonkini. Namun demikian,
perlu diperhatikan bahwa, metode moneter-nonmoneter bergantung pada klasifikasi
skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat
menghasilkan hasil yang kurang tepat.
c. Metode temporal
Dengan
menggunakan metode temporal translasi mata uang merupakan proses konversi
pengukuran atau penyajian uang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah
atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran.
Ø
Kurs Kini yang Tepat
Kurs nilai tukar yang digunakan
dalam metode translasi mengacu pada historis dan kurs kini. Kurs rata-rata
sering digunakan dalam laporan laba rugi untuk pos-pos beban. Beberapa Negara
menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda untuk transaksi yang berbeda. Dalam
situasi ini, harus dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada.
Beberapa alternative yang disarankan adalah: (1) kurs pembayaran deviden,
(2) kurs pasar bebas, dan (3) kurs penalti atau preferensi yang dapat
digunakan, seperti yang terkait dengan kegiatan impor atau ekspor.
Ø
Keuntungan dan
Kerugian Translasi
a. Penangguhan
Dikeluarkannya
penyesuaian translasi dari laba periode sekarang umumnya dianjurkan karena
penyesuaian ini hanyalah hasil dari proses penyajian ulang. Perubahan nilai
ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri
tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang local
yang dihasilkan dari entitas asing. Oleh karena itu, akan cenderung menyesatkan
jika memasukan penyesuaian seperti itu ke dalam laba sekarang. Berdasarkan
keadaan ini, penyesuaian translasi harus diakumulasi secara terpisah sebagai bagian
ekuitas konsolidasi.
b. Penangguhan dan Amortisasi
Beberapa
pihak mendukung penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan
amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca terkait.
c. Penangguhan Parsial
Pilihan
ketiga dalam akuntansi ntuk keuntungan atau kerugian translasi adalah dengan
mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan
hanya setelah direalisasikan. Meskipun terdengar konservatif, penangguhan
keuntungan translasi semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap
mengabaikan terjadinya perubahan kurs.
d. Tidak Ditangguhkan
Pilihan
terakhir adalah untuk mengakui keuntungan atau kerugian translasi dalam laporan
laba rugi sesegera mungkin, pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk apa
pun bersifat palsu dan cenderung menyesatkan.
C.
Perkembangan
Akuntansi Translasi
· Sebelum 1965
Praktik
translasi kebanyakan perusahaan AS dipandu oleh Accounting Research Bulletin
(ARB No. 4) yang kemudian diterbitkan kembali sebagai Bab 12 dalam ARB No. 43.
Pernyataan ini mendorong penggunaan metode kini-nonkini. Keuntungan atau
kerugian transaksi langsung dimasukan ke dalam laba. Keuntungan atau kerugian
bersih saling dihapuskan selama periode berjalan. Kerugian translasi bersih
diakui dalam laba tahun berjalan, sedangkan keuntungan translasi bersih
ditangguhkan dalam akun penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan
kerugian translasi pada masa mendatang.
· 1965-1975
Bab
12 ARB No. 43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini-nonkini.
Dalam keadaan tertentu, persediaan dapat ditranslasikan berdasarkan kurs
historis. Utang jangka panjang yang timbul Karena pembelian aktiva jangka
panjang dapat ditranslasikan berdsarkan kurs kini apabila terjadi perubahan
kurs nilai tukar besar (dan dianggap tetap). Setiap berbedaan akuntansi
disebabkan oleh penyajian ulang utng diperlakukan sebagai bagian dari biaya
perolehan aktiva. Menstralasikan seluruh utang dan piutang dalam mata uang
asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board
Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965. Perubahan terhadap ARB No. 43 kini
memberikan pilihan translasi yang lain bagi perusahaan.
· 1975-1981
Untuk
mengakhiri keaneragaman perlakuan yang diperbolehkan menurut standar translasi
sebelumnya, FASB mengeluarkan FAS No.8 yang kontroversial pada tahun 1975.
Penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi.
Keuntungan dan kerugian translasi dan transaksi mata uang asing harus diakui
dalam laba selama periode perubahan kurs nilai tukar.
Reaksi
perusahaan terhadap FAS 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar teori
yang digunakan, sedangkan banyak yang lain mengecam karena distorsi yang dapat
ditimbulkan dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS No.8 dikritik karena
menyebabkan hasil akuntansi yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi.
Pengaruh yo-yo FAS No.8 terhadap laba perusahaan juga menimbulkan perhatian di
kalangan eksekutif sejumlah perusahaan multinasional. Mereka mengkhawatirkan
laba perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila
dibandingkan dengan laba perusahaan domestic dan dengan demikian akan menekan
harga saham perusahaan.
· 1981-hingga kini
Pada
bulan Mei 1978, FASB mengundang komentar publik terhadap 12 pernyataan pertama
yang dikeluarkannya, dimana banyak yang menanggapi ketidakpuasan publik tentang
FAS No. 8 sehingga FASB mempertimbangkan kembali FAS No. 8 dan setelah melalui
banyak ertemuan dan dua draft sementara, menerbitkan Statement Of Financial
Accounting Standards No. 52 pada tahun 1981.
D.
Isi Standar No.52
Tujuan translasi menurut FAS No.52
berbeda secara substansial dari tujuan menurut FAS No.8. FAS No.8 menggunakan
sudut pandang induk perusahaan dengan mengharuskan laporan keuangan dalam mata
uang asing disajikan seakan-akan seluruh transaksinya terjadi dalam mata uang
dola AS. Standar No. 52 mengakui bahwa baik sudut pandang induk perusahaan dan
anak perusahaan merupakan kerangka dasar pelaporan yang sah, oleh kerana itu
aturan translasinya dirancang untuk :
e. Mencerminkan, didalam laporan keuangan konsolidasi,
hasil dan hubungan keuangan yang diukur dalam mata uang primer (utama) yang
digunakan oleh setiap entitas konsolidasi melakukan kegiatan usahanya (mata
uang fungsionalnya-functional currency)
f. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan
ekspektasi pengaruh ekonomi dari perubahan kurs nilai tukar terhadap arus kas
dan ekuitas suatu perusahaan.
·
Translasi Apablia
Mata Uang Lokal Merupakan Mata Uang Fungsional
Jika mata uang fungsional merupakan
mata uang asing yang digunakan dalam catatan entitas, laporan keuangannya
ditranslasikan ke dalam dolar dengan menggunakan metode kurs kini.keuntungan
atau kerugian translasi yang timbul diungkapkan sebagai komponen terpisah dalam
ekuitas konsolidasi. Hal ini mempertahankan rasio laporan keuangan jika
dihitung dari laporan keuangan dalam mata uang lokal. Prosedur kurs kini yang
digunakan yaitu :
g. Seluruh aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing
ditranslasikan ke dalam dolar dengan menggunakan kurs nilai tukar per tanggal
neraca, akun modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis.
h. Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan menggunakan
kurs nilai tukar pada tanggal transaksi, meskiun kurs rata-rata tertimbang
dapat digunakan untuk kepraktisan.
i. Keuntungan dan kerugian translasi tersebut dilaporkan
sebgai komponen terpisah dalam ekuitas pemegang saham konsolidasi. Penyesuaian
nilai tukar ini tidak akan masuk ke dalam laporan laba rugi hingga operasi luar
negeri tersebut dijual atau nilai investasinya dianggap telah hilang secara
permanen.
·
Translasi Apabila
Dolar AS Merupakan Mata Uang Fungsional
Apabila dolar AS merupakan mata uang
fungsional suatu entitas asing, maka laporan keuangan dalam mata uang sing
diukur ulang ke dalam dolar dengan menggunakan metode temporal. Seluruh
keuntungan dan kerugian transaksi yang berasal dari proses translasi dimasukan
ke dalam penentuan laba berjalan. Secara khusus :
j. Aktiva dan kewajiban moneter dan aktiva nonmoneter
yang dinilai berdasarkan harga pasar terkini ditranslasikan dengan menggunakan
kurs nilai tukar per tanggal laporan keuangan, pos nonmoneter lainnya dan akun
modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis.
k. Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan menggunakan
rata-rata kurs niali tukar selama periode berjalan, kecuali untuk pos-pos
nonmoneter yang ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis.
l. Keuntungan dan kerugian translasi tercermin dalam laba
periode berjalan.
·
Translasi Apabila
Mata Uang Asing Merupakan Mata Uang Fungsional
Suatu entitas asing dapat
menggunakan sebuah mata uang asing dalam catatan akuntansinya apabila mata uang
fungsionalnya adalah mata uang asing lainnya. Dalam situasi ini, laporan
keuangan pertama-tama disajikan ulang dari mata uang lokal ke dalam mata uang
fungsionalnya (metode temporal) dan kemudian ditranslasikan ke dalam dolar AS
dengan menggunakan metode kurs kini.
·
Translasi Mata Uang
Asing dan Inflasi
Suatu hubungan terbalik antara
tingkat inflasi suatu Negara dan nilai eksternal mata uangnya telah ditunjukan
secara empiris. Alhasil, penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya
perolehan aktiva nonmoneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada
akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh
lebih rendah dari pad dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba
yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresiasi
yang juga lebih rendah.
FASB
menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena yakin bahwa
penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penialian biaya
historis yang digunakan dalam lporan keungan di AS. Solusinya, FAS No. 52
mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar
negeri yang berdomisili di lingkungan dengan hiperinflasi (yaitu
negara-negara dengan tingkat inflasi kumulatif melebihi 100 persen
selama periode tiga tahun).
·
Translasi Mata Uang
Asing di Negara Lain
Kanada (CICA 1650), perbedaan untama
antara standar di Kanada (CICA 1650) dan FAS No.52 menyangkut utang jangka
panjang dalam mata uang asing. Di Kanada, keuntungan dan kerugian dari
translasi ditangguhkan dan diamortisasi.
Inggris
(IAS 21), perbedaan utama antara standar di Inggris dan di AS berkaitan dengan
anak perusahaan yang berdiri sendiri di negara-negara yang mengalami
hiperinflasi. Di Inggris, laporan keuangan pertama-tama harus disesuaikan
terhadap tingkat harga kini dan kemudian ditranslasikan dengan menggunakan kurs
kini.
Australia
dan Selandia Baru menerbitkan standar pada tahun 1988. Bila dibandingkan dengan
FAS No.52, standar Australia mengharuskan penilaian kembali aktiva tidak lancar
nonomoneter untuk anak perusahaan di Negara-negara berinflasi tinggi sebelum
dilakukan translasi.
Jepang,
akhir-akhir ini telah mengubah standarnya dengan mengharuskan metode kurs kini
di segala keadaan, dengan penyesuaian translasi yang disajikan pada neraca
dalam ekuitas pemegang saham.
·
Tren Kini
Translasi
mata uang asing masih tetap merupakan isu teknis yang menyulitkan dan
kontroversial. Jumlah perusahaan melakukan pencatatan saham secara
internasional dan mengikuti IAS, atau sekarang IFRS (International Financial
Reporting Standards-Standar Pelaporan Keuangan Internasional), semakin
meningkat dan bursa efek di seluruh dunia berada di bawah tekanan yang semakin
meningkat utnuk menggunakan IFRS sebagai pengganti standar domestic untuk
pencatatan saham perusahaan-perusahaan asing. (Banyak bursa efek telah
melakukan hal ini). Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan asing
diperbolehkan untuk menggunakan standar internsional (IAS 21) dab bukan standar
AS (FAS No.52) dalam masalah translasi mata uang asing. Pada saatnya nanti,
FASB mungkin akan meyelesaikan perbedaan-perbedaan antara FAS No.52 dengan IAS
21, dengan condong kepada standar internasional.
Sumber :
Choi,
Frederick D.S and Gary K. Meek. 2010. International Accounting. Buku 1. Salemba
Empat. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar